Puisi Tentang Hujan Terbaik Karya Penyair Indonesia

Puisi Tentang Hujan

Puisi Tentang Hujan adalah puisi yang memiliki tema atau pembahasan tentang hujan di dalamnya. Banyak puisi yang menceritakan tentang diksi hujan. Namun, puisi-puisi yang akan ditampilkan di sini, adalah puisi-puisi yang dibuat oleh penyair nasional, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, W.S. Rendra, Abdul Hadi WM, Nanang Suryadi, Ihsan Subhan, dan penyair lainnya. 

Berikut puisi-puisi tentang hujan terbaik karya penyair Indonesia;


Judul: Hujan

Sutardji Calzoum Bachri 

coba
        hujan
    kau dengar
            bercakapcakap
                sama daunan
                    sama pohon
                        sama batu batu

sama badan
    sama jam
        sama rindu rindu

di kerongkong sungai
    di ketiak laut
        di peluk pantai
            di teluk tunggu

mengucap sungai
    mengucap laut
        mengucap pantai
            dalam tungkai
                dalam badai rusukku

lalu
    di dalamnya
        kulayarkan kubur kubur
                        kayuh
                            demi
                                kayuhku

Sumber: Majalah Horison, Januari 1978


Judul: Hujan Bulan Juni

Karya Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapuskannya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu


Judul: Bapak Hujan, Ibu Gerimis

Ihsan Subhan 

Hujan seperti Bapak
dan Ibu adalah gerimis
mereka hidup di udara dingin
hingga saat bersama
terasa hujan begitu hangat
terasa hangat begitu hujan

Hujan jatuh di dadaku
dan gerimis memeluk 
dari belakang punggungku
hujan hampir kehilangan air
dan sudah tak ada petir
kami selamat dari bahaya banjir

Bapak sama dengan hujan
dan Ibu mirip gerimis
Mereka datang ke doa-doaku
tumbuh subur di kedua belah pipiku
hingga menuai jadi pohon harapan
buah-buahnya lebat bagai kerinduan

Cianjur, 2023 


Judul: Seusai Hujan Siang Ini

Isbedi Setiawan ZS

(I)
sisa hujan di ujung daun
menjadi batu cincin
sesaat lagi tergelincir
namun cahayanya mengekal

(II)
tanah yang menerima hujan
setia untuk gigil
dan kuyup: seperti
kesetiaanku pada-Mu

(III)
setelah sampai di tanah
apakah hujan akan
pulang ke langit
bersama tubuhku
yang melayang?

(IV)
hujan tak pernah
mau bertukar jadi tanah
tapi bumi ingin sesekali
jadi air yang menghujankan
diriku dalam siang kerontang

(V)
jika hujan tandang ke bumi
apakah aku, suatu saat,
bertamu ke langit
sebagai mendung?

(VI)
tak setiap hujan
mengantar kematian
tapi selalu kematian
mendatangkan airmata

(VII)
hanya percakapan kosong
mengantar hujan pergi
setelah itu pertikaian
dimulai lagi...

(VIII)
ingatlah saat kita terkurung
dalam sebuah kamar
hanya ditemani minuman
dan makanan ringan
sementara dari jendela
tetesan hujan mencuri
percakapan kita...

(IX)
tanpa petir mengantar
hujan ke peraduanku
kecuali erang
sebelum aku hilang

(X)
adakah hujan ini
bagian dari langkahku
menuju laut-Mu?

(XI)
jangan catat pertemuan
sebab ia sudah hanyut
bersama hujan

(XII)
mari kita ulangi
(kisah cinta adam-hawa)
di dalam hujan
lalu ia melontarkan kita
ke dunia yang lain

(XIII)
sebuah hari jatuh
dari halaman kalender
oleh hujan yang datang
lalu angka itu hanyut
meninggalkan tubuhku

: kapan aku akan lahir?
tanya kalender ragu

4 Juni 2011


Judul: Ibu Hujan 

Joko Pinurbo 

Ibu hujan dan anak-anak hujan
berkeliaran mencari ayah hujan
di perkampungan puisi hujan.

Anak-anak hujan berlarian
meninggalkan ibu hujan
menggigil sendirian di bawah pohon hujan.

Anak-anak hujan bersorak girang
menemukan ayah hujan
di semak-semak hujan.
Ayah hujan mengaduh kesakitan
tertimpa tiga kilogram hujan.

Ayah hujan dan anak-anak hujan
beramai-ramai menemui ibu hujan,
tapi ibu hujan sudah tak ada
di bawah pohon hujan.

“Kita tak akan menemukan ibu hujan di sini.
Ibu hujan sudah berada di luar hujan.”

2011/2012


Judul: Ia Bernyanyi dalam Hujan

WS. Rendra

Ia bernyanyi di dalam hujan
dan tak seorang tahu
darimana datangnya.
Tak seorang berani nengok
begitu gaib datangnya.
Dimuntahkan dari angin.
Menggembung dari air gelembung.
Ia bernyanyi di malam hujan
entah darimana datangnya.
Burung lepas ditangiskan.
Tangis domba di perut lembah.
Dan air jeruk menetesi
luka daging baru terbuka.
Empedu! Empedu yang pecah!
jarum terhanyut pada darah.
Dan di mulut terkulum
rasa buah-buah logam.
Ia bernyanyi di malam hujan
penyapnya perlahan
terapung bagai gabus
tergantung di sunyi yang bertanya.
Tak seorang tahu datangnya
mayat kere dijumpa pagi hari
perempuan tua dan buta.
Ia bernyanyi di malam hujan
entah dari mana datangnya.
Telah lebih dulu ia tahu
tentang kepergian dirinya.

Sumber: Kisah (November, 1955)


Judul: Sehabis Hujan Kecil

Abdul Hadi WM

Retakan hujan yang tadi jatuh, berkilau
pada kelopak kembang yang memerah
Antara batu-batu hening merenungi air kolam
angin bercakap-cakap, sehelai daun terperanjat dan lepas.

1972


Judul: Hujan Begitu Baik

Abdul Wachid B.S.

ya. hujan begitu baik mencucikan yogya
dari debu, yang ranggaskan daun jambu
depan rumah kekasihku
dari diriku, yang mandi setiap hari
tapi tak juga sampai wangi surgawi

hujan mengendapkan debu
mengisi pori-pori tanah
lalu tertampung di dalam hati
menjadi harapan dan keyakinan
kekasih menari-nari di dalam pandangan

hujan menjelma panorama ajaib
dalam mata yang saling mencari dan menunggu
dan mengajakku memutar arloji
ketika ibu mendekapku di jendela
dan aku bertanya
“ibu, di mana bidadari sang kekasih itu?”
jawab ibu, “di saat hujan, ucapkanlah doa
sebab bidadari bertaburan dari langit itu
ditemani malaikat, akan memunguti doa-
doamu, agar lebih cepat sampai
pada perkenan Tuhan”

ya. hujan begitu baik menari-nari di daun jambu
di bawahnya sebuah halte yang
pasca gempa atapnya tinggal separoh
ternyata di halte itulah kekasihku
mencari dan menunggu dan mau membeku
hujan senantiasa tergoda padanya
hujan tak kuasa menahan rasa, bahkan
hujan telah basah mendekapnya
sampai membirukan bibirnya
ketika aku sampai padanya, hujan terkesima
dan kekasihku pun malu-malu
dan bertanya
“mengapa engkau begitu lama
sehingga aku melulu menjadi debu di halte ini?”

November, 2007


Judul: Hujan yang Diam-Diam Membawa Pesan

Nanang Suryadi

hujan yang turun sore ini, hujan yang diam-diam membawa kata, yang kau titipkan penuh kerinduan

ingin kuterjemah kata, dari derai hujan. agar kutahu kabar apa yang tersampai.

telah diucapkan awan kepada hujan, rahasia yang sukar dikatakan. mungkin cinta. sebuah peniadaan

aku tatapi hujan yang mengembun, di jendela. ada tanda apa di sana, sulit kueja. cinta yang merahasia.

jika aku punya angan dan ingin, hujan punya angin, mendesau-desau, menampar kaca jendela

apa yang ingin dikatakan hujan kepadaku. rahasia tentang waktu, atau tentangmu? selepas hujan. langit lengang melepas rahasia

hujan yang turun sore ini, hujan yang diam-diam membawa pesan, yang kau titipkan penuh kerinduan

Malang, 10 Maret 2011


Judul: Kampung Kledok dalam Kenangan Hujan

I Nyoman Wirata

Dan hujan mengajar cendikia
Sebab hujan menumbuhkan
Hujan juga meluruhkan
Hingga membanjir kenangan
Menghanyutkan teratak
Lalu bagaimana bersiasat agar 
Hidup berbunga seluruh bunga menjadi buah
Menggantung di pohon sejarah

Hujan menghanyutkan
Ke hilir mengalir 
Ke ujung kanal 
Disatukan tujuan menuju muara

Rumah rumah sekedar wadag
Roh tetap tinggal
Sebelum Tuhan memanggil
Lalu Kakek Tastrip,katakanlah itu nama Pak Haji
Berceritera:
Betapa kekalahan dan kelelahan hilang
Sebab hujan juga mengirim silaturahmi

Ketika kutulis kenangan ini
Di radio lokal mengumandang
Bridge Over Trouble Water 
Jembatan gantung tali kawat
Di atas air keruh warna coklat
Jemuran seperti bendera 
Menggantung basah

Di ujung kanal pertemuan air 
Bagai pertemuan dua hati
Di sisinya orang membangun tempat
Mengambil air suci
Dan kuda kuda kehilangan selera mandi
Sebelum melesat di jalanan kota cari muatan

Jembatan gantung tali kawat
Membesi lengkung dilalui pengungsi
Bergoyang 
Teriakan berbalas bunyi kulkul
Dari bale banjar sebelah

O air mata justru berlabuh kini di ruang ibadah
Kesetiaan berkawan hilang
Di tengah banjir ideologi

Oh penyelamat tubuh
Sesungguhnya hidup jadi rentan
Ketika teratak terapung hanyut
Hidup terguncang
Jembatan bergoyang
Namun kehilangan luka bisa alpa
Lalu keangkuhan bertakhta
Kehilangan cinta binatang menjelma
Bahkan 
Kemungkinan menjadi laknat

Seia sekata sehina semalu
Rumah tak menunggu titah
Dan juga hidup 
Harus segera didirikan
Di atas kehidupan

Dan aku memungut sumpah serapah
Tapi tak menghujat hujan
Sebab dia kekasih kemarau
Sepasang pengantin
Melahirkan kesuburan 
Atau
Triwikrama

Dan kita yang membanjiri hujan dengan harapan
Agar tumbuh dari tubuh
Semua tajuk
Semua rencana
Hingga berbunga dan berbuah

Dan kita yang membanjiri hujan
Sebagai pemeluk tubuh
Meluapkan cinta dan pembunuhan
Kesetiaan dan kebencian 
Tumbuh dan tumbang

Aku memungut 
kuntum bunga liar
Di semak belukarmu kenangan
Di tali jemuran plastik plastik rumah kerdus
Di wuwungan bocor dengan erangan nikmat
Sepasang kucing liar.

12/12/2017


Judul: Hujan Turun Berabad-abad

Wiratmadinata

Hujan turun berabad-abad dalam sejarah kami
Airmata langit yang meruah ingin dipahami
Hujan air mata yang tak mampu menembus 
Kemarau cinta dan kasih sayang bagi bumi

Hujan turun berabad-abad dalam hati kami
Keringat Tuhan yang mengirim wahyu
Hujan keringat yang tak terbayarkan
Oleh cinta dan kasih sayang yang diberikan

Hujan turun menderas berabad-abad dijantung kami
Darah dari nyawa jelata yang tertumbalkan
Hujan darah yang direnggut berhala ideologi
Merajam cinta kasih yang diajarkan kitab suci

Hujan air mata. Hujan keringat. Hujan darah
Yang turun berabad-abad dalam sejarah
Dari tubuh mereka yang tak berdosa
Dengan apakah ia akan terbayarkan?

Hujan yang turun berabad-abad itu, ya, Tuhanku
Turunkanlah ia seperti doa menghapus petaka
Turunkanlah bagai tangan para nabi yang suci
Yang membasuh kelam, dendam dan benci.

Dataran Qalb, 24 November 2004


Itulah tadi Puisi Tentang Hujan terbaik karya penyair Indonesia, sebagai referensi pembelajaran karya puisi, khususnya bagi pelajar dan mahasiswa. 
  

Berlangganan update artikel terbaru via email:

34 Responses to "Puisi Tentang Hujan Terbaik Karya Penyair Indonesia "

  1. Dari hujan aja kita bisa belajar banyak hal. Banyak bgt maknanya sampai menghasilkan banyak sudut pandang yg menjadi beragam banyak puisi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. belajar memaknai kehidupan dari puisi hujan ya mbak

      Hapus
  2. Puisi karya Sutardji C Bachri ini unik ya dan bisa berbentuk gitu susunan kata dan rimanya, jadi kayak gambar.

    Kalau puisi Hujan Bulan Juni legendaris ya sampai dibikin versi filmnya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sutardji Calzoum Bachri memang dikenal sebagai penyair mantra. selain rimanya unik, tipografinya juga unik. beliau kini masih ada di sekitar kita, dan masih kita sebut presiden penyair Indonesia. Hujan Bulan Juni sudah sangat populer banget, bahkan puisi tersbut diadaptasi menjadi film.

      Hapus
  3. Hujan Bulan Juni adalah yang paling berkesan di hati ini. Sejak kuliah dulu hingga entah kapan nanti. Saya bahkan menghafalnya. Sembari berusaha menyesap makna dan rasa pada tiap diksinya. BTW SDD adalah penyair favorit saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sapardi Djoko Damono memang terbai. meski eyang SDD sudah tiada di dunia, namun Eyang SDD ini masih abadi puisinya untuk kita.

      Hapus
  4. sebagai orang yg nggak bisa bikin puisi, puisi2 karya penyair Indonesia di atas bagus-bagus. aku suka hujan, dan kalo baca ini rasanya jadi makin syahdu

    BalasHapus
    Balasan
    1. terbawa suasana ya mbak.. apalagi bacanya pas hujan malam malam

      Hapus
  5. hujan itu emang kadang bikin mellow tapi kadang bikin jadi tenang / hening juga batin rasanya..
    mungkin karena "rasa" yang ditimbulkan dari hujan ini, jadi banyak inspirasi yang muncul sehingga bisa dituangkan dalam bentuk puisi..

    BalasHapus
  6. Banyak rasa tentang hujan yang bisa dituangkan melalui puisi, ya. Terkadang saya agak sulit memahami puisi. Tetapi, hujan memang selalu ada rasa syahdu

    BalasHapus
  7. Jika membahas tema tentang hujan, saya jadi teringat lirik lagu oleh Efek Rumah Kaca dengan judul 'Desember'

    BalasHapus
  8. Agak terenyuh baca puisi Bapak Hujan, Ibu Gerimis. Maknanya dalam sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Bapak Hujan, Ibu Gerimis memang puisi andalan saya juga. personifikasinya dapet. terlebih itu adalah curahan hati saya kepada Bapak sama Ibu saya sendiri.

      Hapus
  9. Suasana hujan itu memang mewakili banyak rasa. Jadi wajar aja banyak puisi tentang hujan. Sebagai pengamat dan bukan pembuat puisi, membaca tiap baris puisi hujan serasa ada yang mewakili perasaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbak. dan kebanyakan orang suka sama hujan.

      Hapus
  10. Kadang mudah di pahami, terkadang malah sebaliknya. Puisi puisi ini memiliki makna mendalam dan tidak semua orang mampu memahaminya. Jadi berpikir keras nih saya hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan terlalu serius, dibaca santai saja. nanti pun bisa menangkap maknanya dengan baik

      Hapus
  11. Jadi ingat jaman SMP Aku suka banget baca dan bikin puisi , pemilihan diksi katanya bikin menghanyutkan kalau dibaca hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah loh, sekarang masih suka nulis puisi juga kan?

      Hapus

  12. Puisi ini memberikan gambaran yang indah tentang hujan dan interaksi alamiahnya dengan elemen-elemen di sekitarnya. Rasanya seperti hujan menjadi pesan dari alam, berbicara dengan daun, pohon, dan batu-batu.

    BalasHapus
  13. Yang sering kudengar dan jadi favorit adalah karya Eyang Sapardi. Bahkan ada musikalnya dari puisi itu dan enak juga. Syahduu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. selain dimusikalisasikan puisi eyang Sapardi pun sempat diadaptasi jadi karya film

      Hapus
  14. Saya suka banget dengan musim penghujan tapi hanya menikmatinya dari rumah saja tidak dengan saat di perjalanan, pas baca puisi yang Bapak Hujan, Ibu Menangis auto nangis ingat orangtua, bagus bagus semua puisinya kak

    BalasHapus
  15. Puisi nya keren bang, yang judulnya Kampung Kledok dalam Kenangan Hujan izin saya bawakan nanti kalo ada lomba puisi

    BalasHapus
    Balasan
    1. silahkan, jangan lupa bacakan juga penulis puisinya. heuheu

      Hapus
  16. Paling ingat itu adalah puisi tentang hujan karya Eyang Sapardi Djoko Damono. Menurutku itu paling fenomenal. Entah kenapa aku juga pengagum puisi itu. Rupanya banyak juga penyair Indonesia yang menulis puisi tentang hujan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepakat mbak, saya pun suka banget sama puisi hujan bulan juninya eyang Sapardi, dan puisi lainnya pun alhamdulillah bagus bagus

      Hapus
  17. waaah banyak ya puisi puisi indah yang berhasil dihimpun, karya penulis terkenal yang memang sudah diakui karyanya. Tinggal bagaimana membaca dan mempelajari penghayatannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak, dan ini aku ambil yang terpopuler di kalangan masyarakat. dan yang paling aku sukai juga sih

      Hapus
  18. Banyak ya ternyata. Aku suka baca buku, tapi belum tertarik sama puisi. Kalau dilihat dari kumpulan puisi di atas, rasanya puisi2 jadul tuh lebih ngena ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak mbak, bahkan jika digoogling atau dibaca beberapa buku puisi dari penyair ternama, banyak juga puisi tentang hujan ini

      Hapus
  19. Akhir-akhir ini emang lagi kangen sama hujan hahaa. Karena cuacanya kali yaaa. Paling disuka dan cuma itu yg tahu ya puisi hujan bulan juni?🤣

    BalasHapus
  20. Puisinya bagus-bagus ya. Relate banget nih, apalagi di bulan November nanti musim hujan. Saya rasa puisi Hujan adalah Bapak memang benar adanya. Bapak di masa generasi dulu lebih ke arah otoriter, tapi sebenarnya sayang banget ke anak.

    BalasHapus

tulis komentar anda yang paling keren di sini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel