Biografi Sutardji Calzoum Bachri

Biografi Sutardji Calzoum Bachri


BIOGRAFI SUTARDJI CALZOUM BACHRI - Siapa Sutardji Calzoum Bachri? Sutardji atau karib dipanggil Bang Tardji, atau ada juga yang menyebutnya SCB. Kalau saya sendiri sering memanggilnya bang Tardji. 

Sutardji Calzoum Bachri adalah penyair terkemuka di Indonesia, yang puisi-puisinya memiliki ciri khas tersendiri. Bagi saya puisi beliau merupakan puisi yang wajib dibaca, atau dapat juga dijadikan bahan pembelajaran dan perenungan. 

Di bangku SMA dulu, pertama kali saya mengenal bang Tardji adalah melalui buku beliau berjudul "O, Amuk, Kapak", dan sempat juga puisi-puisinya saya bacakan di panggung apresiasi di sekolah, maupun di luar sekolah.    

Selama saya berkecimplung di dunia sastra, Saya baru tiga kali bertemu dengan beliau. di Pekanbaru dua kali, di Jakarta tiga kali, di Tanjungpinang dua kali, dan di Padang Panjang sekali. Pertemuan-pertemuan saya dengan Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri merupakan pertemuan-pertemuan dalam rangka acara sastra di Indonesia. 

Sosok Sutardji Calzoum Bachri di mata saya sangat mengagumkan. Cara beliau berbicara, bercanda, dan berpuisi dapat membuat saya nyaman dan betah. Satu hal yang pernah ia sampaikan khusus kepada saya sendiri, ialah pada saat acara Hari Puisi Indonesia (HPI) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta tahun 2017.

"Subhan, buku puisi di tahun 2017 sangat banyak, puisi kamu bagus, puisi-puisi yang lain pun bagus,  kamu harus tetap menulis, dan saya tidak bisa membuat semua penyair jadi pemenang, karena pemenang cuma juara satu sampai tiga, sedangkan peserta ratusan," ucap beliau di bangku yang berdekatan dengan bangku saya. 

Selain kami sering berkomunikasi di kegiatan sastra, saya pun pernah mengirim beberapa puisi kepada beliau, yang pada akhirnya puisi saya pun lolos kurasi dan dipublikasikan di surat kabar Indopos. Puisi saya yang masuk di koran indopos bisa dibaca di sini dengan judul "3 Puisi Ihsan Subhan (INDOPOS, 6 September 2014"

Sutardji Calzoum Bachri, bagi saya bukan sekedar kata-kata dari puisinya, bukan hanya kata-kata dalam wajahnya, dan bukan hanya kata-kata dalam bicaranya. Tapi beliau adalah kata-kata itu sendiri, yang membuatnya masih tetap indah dan bermakna. 

BIOGRAFI SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Sutardji Calzoum Bachri yang akrab dipanggil Bung Tardji atau Bang Tardji, lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941. Sutardji Calzoum Bachri merupakan putra dari pasangan Mohammad Bachri yang berasal dari Prembun, Kutoarjo, Jawa Tengah dan May Calzum yang berasal dari Tanbelan, Riau. Beliau terlahir sebagai anak kelima dari sebelas bersaudara. 


Bung Tardji dikenal sebagai sastrawan pelopor puisi kontemporer. “Dalam Puisi saya, saya bebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor serta penjajahan gramatika. 
Bila kata dibebaskan, kreativitas pun dimungkinkan. Karena kata-kata menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauan dirinya sendiri. Pendadakan kreatif bisa timbul, karena kata yang biasanya dianggap berfungsi sebagai penyalur pengertian tiba-tiba karena kebebasannya bisa menyungsang terhadap fungsinya. Maka timbullah hal-hal yang tidak terduga sebelumnya, yang kreatif.” Itulah yang diungkapkan Sutardji Calzoum Bahri dalam kredo puisinya yang terkenal pada tanggal 30 Maret 1973. 

Kekontemporeran karya Sutardji Calzoum Bachri semakin dipertegas dengan perkataanya selanjutnya, yaitu, “dalam Puisi saya, kata-kata, saya biarkan bebas dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari-nari diatas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri, mundar-mandir dan berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tak sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang lain untuk memperkuat dirinya, membalik dan menyungsangkan dirinya sendiri dengan bebas, saling bertentangan satu sama lainnya karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sendiri untuk menunjukkan dirinya menolak dan berontak terhadap pengertian yang dibebankan kepadanya.”

Pada tahun 1947 beliau masuk ke sekolah rakyat (SD) dan selesai pada tahun 1953 di Bengkalis – Pekanbaru. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Tanjungpinang, Riau. Sutardji Calzoum Bachri mengecap pendidikan tertingginya hingga tingkat doktoral di Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. 

Selain mengikuti pendidikan formal, Sutardji juga turut serta dalam pendidikan nonformal seperti; peserta  Poetry Reading International di Rotterdam pada tahun 1974., kemudian mengikutiInternational Writing Program pada tahun 1975 di IOWA City Amerika Serikat selama satu tahun (Okober 1974 – April 1975) bersama Kiai Haji Mustofa Bisri dan Taufiq Ismail. 

Empat tahun kemudian (1979) Sutardji Calzoum Bahri diangkat sebagai redaktur majalah sastra Horizon, namun setelah beberapa tahun kemudian, ia memutuskan untuk keluar dari Horizon. Kemudian pada tahun 2000-2002 Sutardji Calzoum Bachri menjadi penjaga ruangan seni “Bentara”, khususnya menangani puisi pada harian Kompas. Beliau juga pernah mengikuti penataran P4 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta tahun 1984, dan lulus sebagai peringkat pertama dari 10 orang terbaik.

Awal mula masuknya Sutardji Calzoum Bachri ketika ia mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknya dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana. Selain itu, Bang Tardji mulai mengirimkan sajak-sajaknya ke koran lokal seperti Pikiran Rakyat di Bandung, dan Haluan di Padang. Sejak saat itulah Sutardji Calzoum Bachri mulai diperhitungkan sebagai penyair di Indonesia.

Dalam mempertunjukkan karyanya kepada pecinta sastra, beliau tidak ragu untuk menunjukkan totalitasnya di atas panggung. Ia juga berusaha ditiap penampilannya untuk tidak hilang kontak dengan penonton. 

”Kehadiran sajak itu harus akrab dengan penonton, tak berjarak dengan kehidupan,” begitulah kata Bang Tardji mengenai keakrabannya dengan penonton dalam mempertunjukkan rasa kedekatannya. Ia juga tidak segan memeragakan puisinya hingga berguling-guling di atas panggung. Gayanya yang jumpalitan di atas panggung, bahkan berpuisi sambil tiduran dan tengkurap, seperti telah menempel menjadi trade mark Sutardji. ”Aku tak pernah main-main sewaktu membikin sajak, aku serius. Tapi, ketika tampil aku berusaha apa adanya, santai namun memiliki arti,” katanya.

Karya puisi Sutardji Calzoum Bachri yang telah dimuat dalam buku antologi:

Buku Antologi Puisi Laut Biru Langit Biru


  1. Arjuna in Meditation (Calcutta, India, 1976),
  2. Writing from The Word (USA),
  3. Westerly Review (Australia),
  4. Dchters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststechting, 1975),
  5. Ik Wil Nogdulzendjaar Leven, Negh Moderne Indonesische Dichter (1979),
  6. Laut Biru, Langit Biru (Jakarta: Pustaka Jaya, 1977),
  7. Parade Puisi Indonesia (1990),
  8. Majalah Tenggara,
  9. Journal of Southeast Asean Lietrature 36 dan 37 (1997), dan
  10. Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi (2002).

Buku Kumpulan Puisi Sutardji Calzoum Bachri  

Buku karya sastra Sutardi Calzoum Bachri


  1. O, diterbitkan oleh Yayasan Indonesia (tahun  1971)
  2. Kucing, diterbitkan oleh Sinar Harapan (tahun 1973)
  3. Amuk (tahun 1977)
  4. O, Amuk, Kapak, antologi, diterbitkan  oleh Sinar Harapan (tahun 1981)
  5. Aku Datang Padamu
  6. Perjalanan Kubur David Copperfield.
  7. Realites’90 Tanah Air Mata. 
  8. Jazirah Sastra 

Penghargaan yang pernah diraihnya adalah:

Penyair Sutardji Calzoum Bachri


  1. Hadiah Sastra Asean (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand (1979);
  2. Menerima penghargaan Sastra Kabupaten Kepulauan Riau oleh Bupati Kepulauan Riau (1979);Anugrah Seni Pemerintah Republik Indonesia (1993);
  3. Menerima Anugrah Sastra Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Jakarta. (1990an);
  4. Penghargaan Sastra Chairil Anwar (1998), dan
  5. Dianugrahi gelar Sastrawan Perdana oleh Pemerintah Daerah Riau (2001).
  6. Mendapat Gelar Kehormatan "Datuk Seri Pujangga Utama" dari Lembaga Adat Melayu Riau (2018)  
Karya puisi Sutardji Calzoum Bachri pun disa dibaca di sini, dengan judul "13 Puisi Sutardi Calzoum Bachri"

Demikian Biografi Sutardji Calzoum Bachri ditulis dan disusun sebagai upaya mengapresiasi kepenyairan beliau selama masih terjaga di dunia ini. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Biografi Sutardji Calzoum Bachri"

Posting Komentar

tulis komentar anda yang paling keren di sini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel