Teman Tidak Sekedar Membantu Kesullitan Kita dalam Keuangan

Ilustrasi seseorang tengah mengeluh kepada temannya, foto : ugetuget


Seorang teman pernah bertanya, “bagaimana kita punya teman paling baik, melebihi sahabat, yang sering kita sangka lebih baik dari pertemanan?”

Saya pun enggan menjawab. Sebab pertanyaan itu pun sempat saya tanyakan kepada diri sendiri, dan sampai sekarang yang saya pahami tentang teman adalah, semacam relasi kala kita tengah mengalami sendiri dan memerlukan pertolongan.

Dari definisi yang saya tafsirkan sendiri, sungguh tak bisa kita tolak pengertiannya. Secara pengalaman dan logika, memang benar sekali. Siapa yang tak pernah dibantu oleh teman. Untuk ukuran manusia seperti saya, yang (mungkin) kebutuhannya semakin bertambah, apalagi sudah punya istri dan anak. Kebutuhan dan pengeluaran akan sangat meroket. Lalu, selain teman kita di rumah (istri) yang sering membantu dalam soal doa-men-doa-kan suaminya. Saya pun harus menghubungi atau mendatangi teman kerja atau teman sewaktu di sekolah dulu, yang kini sukses atau tingkatan ekonominya lebih mapan dari saya.

Sebagai makhluk sosial, sering kita mengalami hal yang mendesak dan memerlukan teman yang saya sebut tadi. Ini adalah hal yang paling menguras adrenalin kita, sebab yang ingin kita harapkan adalah, dibantu oleh teman soal financial, yang kerap kali dalam kehidupan pertemenan selalu sensitif. Artinya, anggapan-anggapan lain selalu muncul, entah itu kapan dan bagaimana cara membayarnya, atau ada juga  yang berpikir bagaimana jika tidak dibayar. Atau pun terkadang canggung juga jika suatu saat bertemu, sedang kita masih punya utang-piutang kepada teman kita.

Masalah keuangan adalah masalah baku setiap orang. Dalam mengatasinya, kita perlu mengerahkan banyak tenaga dan pikiran. Berbagai solusi sering kita lakukan, hari demi hari selalu kita coba untuk mengatasinya. Tetapi, jika sudah mentok. Teman lah yang harus kita temui, meski kita masih punya saudara atau keluarga.

Menyoal teman memang berbagai paradigma muncul di benak kita, dan sering sekali kita merasa tidak nyaman atau tidak enak untuk memohon, mengucapkan keinginan untuk dibantu oleh teman kita itu. Sekali lagi, sebab yang kita bicarakan adalah persoalan ekonomi/keuangan yang mengitari kepala kita. Persoalan yang rumit dan kadang selalu berdampak terhadap emosi kita.

Tentunya, jika memang kita punya teman, harusnya teman kita memahami tentang apa yang kita inginkan, apa yang kita pikirkan, apa yang kita alami, sampai persoalan keuangan yang jadi buronan di otak kita pun, harus dipahami oleh seorang teman yang bijak.

Hemat saya, jika teman yang kita temui tidak memberikan solusi. Mungkin kita bisa memandang, bahwa teman memang dibutuhkan hanya untuk menemani kita curhat/bercerita terkait keluh kesah.

Akhirnya kesimpulan dari apa yang saya alami dan mungkin setiap orang alami, urusan keuangan ini sungguh sangat vital. Jika tidak diselesaikan dengan kepala dingin, mungkin dampak lain kita akan mencari pelampiasan kepada sesiapa yang kita temui, baik di rumah, di tempat kerja, atau di lingkungan masyarakat lainnya. Teman tidak hanya sekedar meminta bantuan saja, tetapi saling memahami, dukung-mendukung, dan berbagi.

Rotasi kehidupan masih bergulir. Masalah dan kebahagiaan, pasti akan terus hadir di dunia ini. Manfaatkan peluang-peluang yang relevan dengan kapasitas diri kita, dan dekatilah teman yang memiliki kesukaan yang sama, jalan pikiran yang sama, juga bijak dalam menyarankan solusi dari setiap masalah yang kita alami. (Ihsan Subhan)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Teman Tidak Sekedar Membantu Kesullitan Kita dalam Keuangan"

Posting Komentar

tulis komentar anda yang paling keren di sini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel