Kuda Putih Umbu Landu Paranggi dan Kepergian yang Melankolis



Dikabarkan sastrawan Indonesia Umbu Landu Paringgi telah pergi meninggalkan dunia, Selasa dini hari (6/4/2021) pukul 03.55 WITA di Rumah Sakit Daerah Bali Mandara. Tentunya saya sebagai penulis merasa kehilangan beliau. Ditambah dulu beliau sempat membaca puisi saya via surel, sampai pada akhirnya puisi yang saya kirim kepada Pak Umbu diterbitkan juga di koran Bali Post.

Menyimak perjalanan kepenyairan beliau di Negeri Indonesia ini, beliau sangatlah apik menulis puisi-puisi beragam tema, terutama tema yang saya sukai adalah ketika Pak Umbu menulis puisi tentang metafora kehidupan, yang secara puitis ditulis dalam banyak judul puisi. Salah satunya ialah puisi bertajuk "Kuda Putih".

Kuda Putih

kuda putih yang meringkik dalam sajak-sajakku
merasuki basabisik kantong peluh rahasiaku
diam diam kupacu terus ini binatang cintaku
dengan cambuk tali anganan dari padang padangku

Sumber: Majalah Kolong No.3 Th. I/1996
 
Puisi berjenis liris ini, banyak disukai oleh kalangan penyair dan musisi, terlebih disukai juga oleh para pelajar yang baru mengenal musikalisasi puisi. Mereka sering berkarya membuat sebuah lagu dari larik-larik puisi Kuda Putihnya Pak Umbu.

Seorang penyair Tan Lioe Ie contohnya, ia sering menggunakan puisi Pak Umbu, terutama "Kuda Putih" untuk diadaptasikan ke dalam bentuk Musikalisasi Puisi.

Kekuatan Puisi Liris

Puisi Liris pada dasarnya dibentuk secara apik menggunakan diksi-diksi yang liris. Artinya, pilihan kata-kata yang dibangun adalah kata-kata terpilih dengan menggunakan bunyi kata atau rima. Tidak hanya itu, bentuk puisi liris pun, bisa dibuat dengan menggunakan metode penulis puisi yang disebut "Aliterasi dan Asonansi".

Puisi yang baik tentunya harus didasari dengan gagasan atau ide pemikiran yang bisia membangun puisi tersebut menjadi lebih kuat secara pemaknaan, dan rima bagi saya adalah alat untuk memperindah kata agar terbaca merdu.

Nah, pak Umbu Landu Paranggi ini satu dari banyaknya penyair yang konsen membuat puisi-puisi liris. seperti puisi yang sudah saya contohkan tadi yaitu "Kuda Putih"

Unsur Intrinsik Kuda Putih

Kuda Putih merupakan judul puisi Pak Umbu Landu Paranggi yang saya yakini dibuat dengan teliti dan seapik mungkin. Dari judul saja pak Umbu sudah bisa membuat rasa dan imajinasi kita terbayang pada bentuk kuda berwarna putih, yang pada umumnya kuda berwarna putih itu banyak disukai oleh masyarakat.

Kenapa pak Umbu tidak menulis 'Kuda Hitam'? Karena simbol yang dituangkan di sana memang menjurus kepada hal-hal kebaikan, bisa saja karena lebih suci, lebih agung, lebih berarti, lebih romantis, dan lain sebagainya.

Secara bunyi puitik yang dihasilkan dalam judul tersebut, sudah bisa dikatakan sangat indah didengar. Di 'Kuda Putih' ada dua huruf 'u' dalam dua kata. jika disebut tentunya akan menghasilkan nada asonansi atau pengulangan bunyi huruf vokal.

Tidak hanya itu, baris pertama sampai baris terakhir pun, memiliki rima yang indah, yang dengan nyamannya bila diucapkan akan sangat renyah dan merdu. Terlebih umbu dengan sengaja memilih diksi lebih banyak aliterasinya, yaitu bunyi konsonan lebih didominasi dalam setiap barisnya.

Contohnya, kalimat "kuda putih yang meringkik dalam sajak-sajakku", jika diamati, puisi baris pertama sangat dominan dengan huruf konsonan, di sana terdapat enam huruf 'k'.

Kembali ke puisi liris, tadi sudah dikatakan, bahwa puisi liris pun tidak boleh melupakan kekuatan isi, atau pesan, dan atau pemaknaan puisi di dalamnya. Puisi "Kuda Putih", jika dideskripsikan, puisi ini memiliki sarat pesan moral yang kuat. Umbu bercerita tentang kuda putih yang gagah dengan ringkikannya, dan menjelma jadi sajak yang indah.

"kuda putih yang meringkik dalam sajak-sajakku"

Sudah kita ketahui bahwa sajak selalu saja membuat perasaan kita jadi melankolis dan indah. Ini adalah bentuk kecintaan umbu terhadap sajak ataupun puisi yang sering ia tulis sebagai penyair. 

"merasuki basabisik kantong peluh rahasiaku"

Dan kuda putih yang tadi meringkik telah merasuk sampai ke lubang semacam peluh yang dipenuhi rahasia Umbu. Entah apa yang ia rahasiakan, namun kita bisa menebaknya (mungkin) di baris ketiga.

"diam diam kupacu terus ini binatang cintaku"

Sangat disengaja, ada hal yang ia pacu (mungkin) rahasianya tadi, yang sudah gamblang disebut "binatang cintaku". Binatang kecintaannya, yang ia sebut adalah kuda putih tadi. Tapi bisa saja, makna lain dari 'binatang cintaku' adalah semacam metafora untuk ketidakwarasan dalam sebuah cinta, yang tekadang serupa binatang, tetapi masih kuat dengan kuda yang ia sebut dalam bait sebelumnya atau dalam judul, apalagi yang digambarkan adalah kuda putih Kuda fenomenal yang banyak disukai karena warna putihnya menawan.

"dengan cambuk tali anganan dari padang padangku"

Nah ini, sebuah resolusi yang sangat mengena. Bahwa hal-hal yang ternyata dipakai oleh kuda pada umumnya, dalam resolusi puisinya atau di akhir baris puisinya. Kita membayangkan sebuah cambuk yang seperti tali atau juga 'cambuk tali' yang maknanya cambuk seperti tali, dan ditambah anganan, jadi membuat kesan dramatis. dan selanjutnya "...padang padangku", ialah metafora tempat yang memiliki kesan begitu luas, dan penuh tantangan.

Bayangkan saja jika kita berada di padang-padang, baik itu padang pasir, padang rumput, hal yang kita tangkap adakah tempat yang luas.

Penutup

Sebenarnya saya ini ingin membahas kepribadian seorang umbu, dari berbagai sumber yang saya tahu, bahkan mungkin dari kawan saya juga yang kebetulan sempat menjadi, bisa dikatakan asistennya pak Umbu.

Dikarenakan waktu yang betapa singkatnya. Maka tulisan saya ini,, agak lebih menyempit ke analisis sebuah puisi. hehe.. Maaf ya. :)

Meski demikian, di tulisan ini juga, saya hanya ingin menegaskan kembali. Bahwa Pak Umbu Landu Paranggi adalah master perpuisian di Indonesia. Ia memiliki karya yang sangat luar biasa, dan saya pun jadi tertarik ingin mengupas karya beliau lagi secara detil.

Ada lagi puisi yang saya suka dari Pak Umbu ini, adalah "Sajak Kecil 

Sajak Kecil

(1)
dengan mencintai
puisi-puisi ini
sukma dari sukmaku
terbukalah medan laga
sekaligus kubu
hidup takkan pernah aman
kapan dan di mana pun
selamanya terancam bahaya
dan kebenaran sunyi itu
penawar duka bersahaja
...

Mudah mudahan di kesempatan selanjutnya saya bisa membuat esai khusus tentang karya-karya beliau. Amin. Sekali lagi untuk kesempurnaan beliau di alam keabadian sana, mari kita berdoa; Semoga beliau ditempatkan di surgaNya. Amin. (Ihsan Subhan)

Sumber foto: Bali Post
NB: Jika ada yang ingin copy-paste, silahkan cantumkan sumber dan nama penulisnya! Terima kasih. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Kuda Putih Umbu Landu Paranggi dan Kepergian yang Melankolis"

Posting Komentar

tulis komentar anda yang paling keren di sini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel