Ramadan, Covid-19, dan Rindu yang Tak Terbalas



Ramadan sudah jalan Seminggu-an. Tetapi Covid-19 semakin mewabah. Angka kasus dari setiap pemberitaan di media, serta kabar dari pemerintah semakin bertambah. Entah karena banyaknya penduduk yang mengabaikan protokol kesehatan, atau memang ini karena corona begitu agresif dan liar?

Entahlah, saya sebagai warga Indonesia sudah sangat bosan dengan segala pengertian dan pendapat orang orang tentang covid-19 ini. Namun meskipun demikian. Saya selalu waspada dengan segala kenyataan yang sudah sudah.

Terlebih hari ini, kita tengah menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadan. Di tahun ini justru tidak hanya keluarga yang sering kita gelisahkan, atas segala tekanan jarak yang harus diperhatikan dan perhitungkan. Tetapi juga persoalan ekonomi yang wajib dipikirkan, demi keberlangsungan hidup yang nyaman dan aman.

Tentang Kerinduan


Rindu dengan segala definisi dari perspektif setiap orang tentunya tidak lagi menjadi hal asing buat kita.

Bagi kebanyakan orang yang dirinya tengah mengarungi kehidupan dan berjibaku mencari nafkah yang jauh dari asal tempat tinggalnya, kini sulit untuk bisa balik atau mudik. Apalagi seminggu menjelang hari raya lebaran.

Orang-orang berusaha keras menahan rindunya untuk tidak mudik ke kampung halaman. Orang-orang berupaya menelan pahit rindunya untuk tidak pulang memeluk keluarganya, dan orang-orang kini harus belajar mengasuh rindunya karena ketidakpastian untuk berjumpa dengan sesiapa yang spesial di tanah kelahirannya.

Ini seperti ujian yang berat, dalam mengatasi soal-soal matematika, atau serupa membuat cerita kehidupan yang banyak menuangkan doa doa dan harapan.

Maka, saat ini tidak ada jalan lain untuk kita memusnahkan dahaga rindu kepada orang-orang yang kita sayang. Kecuali dengan memasak kesabaran menjadi kue ketabahan.

Selain itu kita pun hanya sekedar bisa menemui mereka melalui sambungan video call atau voice call, yang batasannya kita tidak bisa bersentuhan dan tidak bisa saling mencium aroma yang sama.

Sebenarnya, jika dipikir-pikir sungguh sangat mengerikan dan memilukan. Belum lagi keterbatasan kuota internet yang dipakai. Namun inilah kenyataannya di era digital, di zamannya TI sedang berjalan.

Rindu itu bisa dibawa ringan, bisa pula dibawa berat. Tapi tetap saja dua duanya mengalami kerinduan. Meskipun rindu itu ada kadarnya. Tetap saja masih bernama "Rindu". (Ihsan Subhan) 

sumber foto: kuasakata.com



 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Ramadan, Covid-19, dan Rindu yang Tak Terbalas"

Posting Komentar

tulis komentar anda yang paling keren di sini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel